Rabu, 20 November 2024

koneksi antar materi modul 3.3

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3. 

Oleh : Edwinda Martha Firdausi

CGP Angkatan 11 Kabupaten Tuban


Koneksi antar materi mencakup serangkaian kegiatan sesi yang mengaitkan modul-modul sebelumnya. Diharapkan pengetahuan, konsep, keterampilan, dan berbagai nilai-nilai yang telah dipelajari dan dipahami dapat memperkaya tulisan reflektif ini. Apa itu kepemimpinan murid (student agency)? Konsep kepemimpinan murid sebenarnya berakar pada prinsip bahwa murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Kepemimpinan murid dapat dilihat sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan, melakukan refleksi dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menghasilkan perubahan. Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini, murid-murid akan secara alamiah mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar). Keterampilan belajar ini adalah sebuah keterampilan yang sangat penting, yang dapat dan akan mereka gunakan sepanjang hidup mereka dan bukan hanya untuk saat ini. Apa itu pengelolaan program yang berdampak positif pada murid? Program yang memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid yang mengajak para guru untuk berefleksi dan melihat kembali perspektif atau cara pandang kita tentang program yang berdampak positif pada murid. Program-program sekolah, baik program intrakurikuler, kokurikuler, atau ekstra kurikuler dapat mendorong kepemimpinan murid (student agency).

Mendorong kepemimpinan murid dalam program sekolah tidak hanya murid belajar menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif tetapi juga memiliki pengalaman dan kebermaknaan diperoleh dari proses belajar selama mengikuti program-program sekolah. Hal ini akan memberikan bekal murid menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat berdampak positif dari proses belajar yang dilalui dan tentunya akan dapat terus dirasakan oleh murid di sepanjang hidupnya. Bagaimana perasaan Anda setelah mempelajari modul ini? Sesudah mempelajari materi pengelolaan program yang berdampak positif pada murid, penulis semakin tahu dan sadar bahwa tugas guru adalah membimbing dan menuntun murid agar mereka mampu memimpin proses belajarnya sendiri sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Semakin percaya diri untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid untuk menguatkan kepemimpinan murid (student agency) terutama mengaitkan penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dimana murid mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Guru harus sadar dan terencana terus terbangun dan menguatkan kepemimpinan murid (student agency) dengan memberikan ruang dan melibatkan murid dalam memberikan suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) murid. Memberdayakan murid saat program sekolah direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi sehingga terwujudnya lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Guru menyadari murid sebagai mitra bagi guru dalam pembelajaran, mengupayakan terwujudnya lingkungan sekolah yang mendukung tumbuhnya murid-murid yang mampu menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri dan menerapkan konsep kepemimpinan murid dalam penguatan Profil Pelajar Pancasila. Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini? Pentingnya kepemimpinan murid (student agency) dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, yaitu berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership). Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas guru menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan,

bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memiliki beberapa karakteristik, yaitu 1) Menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, 2) Keterampilan berinteraksi sosial secara positif, 3) Keterampilan dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademik, 4) Menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya, 5) Membuka wawasan menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan, 6) Menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri, 7) Menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan. Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya? Pengelolaan program sekolah tentunya harus berdampak pada murid dengan terlebih dahulu melakukan langkah-langkah berupa merancang dan mengelola program sekolah secara cermat dan tepat. Keterkaitan modul ini dengan modul-modul sebelumnya saling mendukung dan melengkapi dalam proses pembelajaran berpihak pada murid. Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara. Guru mempunyai peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu masyarakat. Adapun dalam mengelola program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya. Modul 1.2 Nilai dan peran guru penggerak. Nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid. Modul 1.3 Visi guru penggerak. Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk mencapai perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan disebut Inkuiri Apresiatif (IA). Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan

pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid. Modul 1.4. Budaya Positif. Lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid. Modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Guru dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan layanan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid. Modul 2.2 Pembelajaran emosional dan sosial. Guru dilatih dan diasah untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Teknik kesadaran diri (mindfulness) menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah. Modul 2.3, Coaching untuk supervisi akademik. Coaching sebagai teknik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya. Modul 3.1 Pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin. Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip, paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral. Modul 3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset based thinking) akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar,

dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah/kekurangan (deficit based thinking). Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik. Modul 3.3 Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid. Pengembangan sekolah dengan memanfaatkan 7 aset atau modal yang dimiliki sekolah. Yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah. Jelaskan perspektif program yang berdampak positif pada murid dan bagaimana program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program dapat berdampak positif pada murid? Program yang berdampak positif pada murid adalah inisiasi dan dan pengelolaan sekolah yang melibatkan kepemimpinan murid (student agency) dengan memberikan ruang dan mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan. Akhirnya terwujudkan rasa bahagia dan sejahtera (well-being) dan budaya positif di sekolah. Kodrat anak yang memiliki ragam potensi dan bakat dapat tergali dan dituntun menuju kepada kebahagian yang setinggi-tingginya. Mengenali program atau kegiatan sekolah dengan perencanaan, pelaksanaan dan refleksi evaluasi dilakukan secara kolaboratif dan memberdayakan aset/kekuatan sumber daya yang dimiliki sekolah. Akhirnya dampak positif pada murid sebagaimana yang diharapkan terpenuhi secara menyeluruh. Perencanaan program dilaksanakan secara kolaboratif berdasarkan kebutuhan murid dengan mewujudkan lingkungan karakteristik yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid didukung sumber daya, aset, modal, potensi, kekuatan yang dimiliki sekolah melalui prakarsa perubahan dengan paradigma inkuiri apresiatif BAGJA, memberikan ruang murid pada suara, pilihan dan kepemilikan. Pelaksanaan program atau kegiatan ini memberdayakan murid untuk menjadi pemimpin dalam proses belajarnya sendiri. Murid mampu mempromosikan suara, pilihan, kepemilikan sendiri melalui proses yang memerdekakan sehingga murid mampu menjadi agen perubahan dan guru menjadi mitra belajar murid dengan menuntun dan memberikan umpan balik (feedback) atas capaian perkembangan belajar murid. Evaluasi terhadap program atau kegiatan ini maka guru dan murid berkolaboratif melakukan penilaian, refleksi evaluasi secara menyeluruh, sistematism, berkala dan berkelanjutan untuk mengukur seberapa efektif dampak positif yang diharapkan muncul. Kegiatan reflektif evaluasi untuk mengetahui apakah program atau kegiatan

sudah efektif memenuhi tujuan yang diharapkan dan apakah program atau kegiatan telah mampu menumbuhkembangkan kepemimpian murid (suara, pilihan, kepemilikan).

Jumat, 15 November 2024

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID

 

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID

Oleh : Edwinda Martha Firdausi
CGP Angkatan 11 Kabupaten Tuban


  1. Peristiwa (Fact)

Modul 3.3 tentang Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid merupakan modul terakhir yang harus kami pelajari dalam Pendidikan Guru Penggerak ini. Seperti pada modul-modul sebelumnya, modul ini diawali dengan pendekatan MERDEKA, yaitu dimulai dari diri sendiri yang dimulai pada tanggal 08 November 2024. Pada tahap awal ini, kami diperkenalkan dengan dua pertanyaan penting mengenai definisi program yang berdampak pada murid dan hubungannya dengan student agency. kemudian dilanjutkan tahap eksplorasi konsep. Selama eksplorasi konsep, saya mempelajari cara merancang program yang berdampak positif pada murid dengan mempertimbangkan tiga aspek utama: suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership). Kami juga membahas lingkungan yang mendukung perkembangan kepemimpinan murid dan pentingnya keterlibatan komunitas. Dalam forum diskusi, beberapa CGP mempresentasikan program-program yang telah mereka lakukan di sekolah, diikuti dengan umpan balik dari peserta lain. Elaborasi pemahaman tanggal 15 November 2024.

  1. Perasaan (Feeling)

Saya merasa bahagia karena kami telah mencapai modul terakhir dari PGP Angkatan 11, dan meskipun banyak tugas yang harus diselesaikan, saya berhasil menyelesaikannya tepat waktu, walaupun beberapa tugas mengalami keterlambatan. Saya merasa bersyukur karena masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk belajar hingga modul 3.3 ini, serta menerapkan ilmu yang diperoleh di sekolah. Di sisi lain, saya merasa sedih karena minggu ini adalah minggu terakhir kami berkolaborasi dengan fasilitator. Walaupun kami belum pernah bertemu secara langsung, banyak ilmu dan bantuan berharga yang saya terima dari bapak Farid selama PGP ini. Ada banyak kekurangan yang saya sadari dalam mengikuti program ini, tugas yang terlupakan, dan jadwal video conference yang terlewat. Saya sangat berterima kasih kepada bapak Farid dan Ibu Sutingah selaku fasilitator dan PP atas bantuan dan pengingat yang beliau berikan. Saya ingin menyampaikan terima kasih ini secara langsung kepada beliau di kesempatan mendatang.

  1. Pembelajaran (Findings)

Modul 3.3 telah memperdalam pemahaman saya tentang bagaimana merancang dan menyusun kegiatan yang dapat memberikan dampak positif bagi murid. Dampak tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kepemimpinan murid atau student agency. Untuk mencapai hal ini, penting untuk mempertimbangkan suara (voice) dan pilihan (choice) murid, sehingga mereka merasa memiliki (ownership) terhadap program tersebut. Langkah pertama dalam merancang program yang berdampak adalah dengan memetakan potensi dan aset yang dimiliki sekolah. Dengan melakukan mapping asset, kita dapat lebih mudah mengoptimalkan program dan mengatasi hambatan yang mungkin muncul. Program yang dirancang dengan baik juga dapat mendukung pencapaian visi dan misi sekolah.

  1. Penerapan (Future)

Ke depan, saya berencana untuk Program yang akan saya rancang program yaitu integrasi antara kompetensi Sosial emosiaonal dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.Dalam melakasanakan program tersebut saya akan kolaborasi dengan rekan-rekan dan murid di sekolah untuk merancang program atau kegiatan yang bertujuan menumbuhkan kepemimpinan murid. Saya akan memastikan bahwa suara (voice) dan pilihan (choice) mereka diperhatikan dalam proses perancangan, sehingga mereka merasa memiliki (ownership) terhadap hasil akhir. Dengan pendekatan ini, saya berharap program yang kami buat dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi murid.

Jumat, 01 November 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2

 

Jurnal Refleksi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya


Oleh : Edwinda Martha Firdausi
CGP Angkatan 11 Kab. Tuban

Jurnal Dwi Mingguan yang saya buat ini adalah tulisan dari lanjutan  proses belajar yang saya lalui pada Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 11 Kabupaten Tuban. Penulisan jurnal ini menggunakan model Refleksi 4F yaitu : Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan). hasil Refleksi Dwi Mingguan saya selama pengikuti Pendidikan Guru Penggerak Modul 3.2.

 1.      Fact (Peristiwa)

Pada tanggal 24 Oktober 2024 Modul 3.2 dimulai “Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya”. Saya belajar secara syncronus dan asyncronus melalui LMS yang tersedia. Seperti pada modul-modul sebelumnya kami secara teratur melalui tahap demi tahap alur Merdeka yaitu : Mulai dari diri – Eksplorasi Konsep – Ruang Kolaborasi – Demonstrasi Kontekstual – Koneksi Antar Materi – Aksi Nyata. Dimulai dari alur Mulai dari diri: Kegiatan dimulai dengan mengingat kembali Faktor-faktor yang mempengaruhi ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Eksplorasi Konsep: Alur ini menyediakan berbagai konten teks dan video terkait identifikasi sumber daya di sekolah untuk mendukung jalannya sebuah program. Ruang kolaborasi, merupakan kegiatan yang dipandu oleh fasilitator kelompok kami membahas dalam ruang break room mengenai idektifikasi 7 aset yang ada disekolah. Kemudian hasil diskusi dibahas pada ruang kolaborasi sesi presentasi di hari selanjutnya. Demonstrasi Kontekstual. Pada alur ini kami diminta untuk membuat laporan identifikasi aset sekolah. Dalam kegiatan elaborasi pemahaman. disini kami banyak belajar dari Narasumber bagaimana aset dapat dilihat sebagai support utama pengembangan sekolah. 

2.      Feeling (Perasaan)

Perasaan yang muncul setelah menyelesaikan modul 3.2 adalah perasaan penuh syukur. saya merasa senang karena saya kembali memperoleh pengetahuan baru terkait materi yang disajikan oleh modul ini. Saya mengetahui bahwa aset sekolah bukan saja fisik tapi non fisik. Saya tertarik untuk memetakan seluruh aset/sumber daya yang ada di sekitar lingkungan sekolah  yang nantinya dapat dimanfaatkan.

 3.      Findings (Pembelajaran)

Banyak hal positif yang saya peroleh sebagai hasil belajar saya. Modul ini mengajak saya untuk menggunakan kekuatan/aset sebagai tumpuan berpikir dengan memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Jadi kita diwajibkan untuk mengubah paradigma/pola pikir kita yang cenderung menggunakan pendekatan berbasis kekurangan/masalah. saya telah mempelajari bagaimana cara mengidenkasi aset sekolah untuk pengembangan program sekolah. Mendata aset sekolah dengan pendekatan aset/kekuatan sehingga dapat memberikan semangat bagi seluruh warga sekolah untuk lebih termotivasi menjalankan setiap kegiatan.

 4.      Future (Penerapan)

Dengan pemahaman dan pengetahuan yang saya peroleh di modul 3.2 Tindak lanjut dari pemahaman saya terhadap modul 3.2 ini yaitu: Mengaplikasikan apa yang telah saya pelajari pada modul 3.2 yaitu Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, sehingga merubah pola pikir yang semula berpikir selalu berbasis masalah menjadi berpikir berbasis aset.

 

 

Salam Guru Penggerak !!!

Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan



koneksi antar materi modul 3.3

  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3.  Oleh : Edwinda Martha Firdausi CGP Angkatan 11 Kabupaten Tuban Koneksi antar materi mencakup serangkaian ...